shahabatkeluarga

TERNYATA KITA SUKA MERIBUTKAN HAL-HAL KECIL DALAM KELUARGA

Oleh: Cahyadi Takariawan

Ada sebuah realitas yang sekarang ini sangat mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Konflik antara suami dan istri sangat banyak bermula dari hal-hal kecil dan tidak esensial.

Saya segera teringat buku Richard Charlson, Ph.D yang berjudul Don’t Sweat the Small Stuff with Your Family. Ternyata corak persoalan keluarga di mana-mana sama saja.

Bukan hanya Indonesia, di Amerika pun terjadi hal yang sama, bahwa banyak keluarga sering meributkan hal-hal kecil.

Persoalan rutin, yang terjadi sebagai konsekuensi dari interaksi, komunikasi dan penunaian tugas serta kewajiban berumah tangga, yang semestinya sudah akrab dan mudah ditoleransi, namun kenyataannya justru menjadi pemantik munculnya konflik.

Carlson segera membuat sebuah kesimpulan yang menarik: “Orang yang belajar untuk tidak memusingkan masalah-masalah kecil yang terjadi dalam kehidupan keluarga dan rumah, akan memiliki ambang toleransi yang sangat lebar dalam hidupnya”.

“Mereka tidak mau membuang-buang energinya hanya untuk merasa terganggu dan frustrasi, dan lebih banyak mencurahkan energinya untuk bersenang-senang, untuk kegiatan produktif, dan untuk melimpahkan kasih sayang”.

“Bila hal-hal kecil tidak terlalu mengganggu Anda, keluarga Anda akan tampak sebagai sumber kebahagiaan daripada sebelumnya. Anda akan lebih sabar dan santai.”

“Hidup Anda tampak lebih menyenangkan. Anda akan merasa bahwa beban Anda lebih ringan dan tidak terlalu mengganggu dan akan merasa bahwa hidup Anda lebih harmonis. Perasaan damai ini akan menyebar dan akan mempengaruhi anggota lainnya dalam keluarga Anda”.

Tidak ada seorang suami atau seorang istri yang sempurna. Semua manusia memiliki kekurangan dan kelemahan. Maka bersikaplah toleran terhadap kekurangan dan kelemahan pasangan.

Bukan berarti tidak melakukan usaha perbaikan, namun sekuat dan sehebat apa pun usaha kita untuk menjadi baik dan sempurna, tetap saja kita memiliki kekurangan dan kelemahan.

Tidak ada manusia sempurna, apalagi dalam konteks komunikasi dan interaksi sehari-hari. Selalu saja ada titik-titik singgung yang tidak sesuai harapan.