
Writen By . Aba Mumtaza Kenapa keluarga kita terasa hampa dan penuh dengan kekurangan ?? Bisa jadi karena kurang bersyukur.Kenapa...
Untuk mewujudkan generasi unggul berkarakter diperlukan kerjasama dan kolaborasi serta kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas yang melibatkan orang tua, lembaga, dan anak. tiga elemen utama yang biasa kami sebut dengan Segitiga Emas ini harus saling mendukung untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak, baik dari sisi akademik, emosional, sosial, maupun spiritual.
Oleh karena itu, melalui banyak diskusi dan belajar dari pakar parenting, kami dari TIM SALAM (Shahabat Keluarga Al-Multazam) bekerjasama dengan Pak Cahyadi Takariawan menghadir sebuat Platform Digital Parenting yang kami persembahkan buat para wali santri (PAUDIT, SDIT, SMPIT, SMAIT, STIQ) khususnya dan untuk ayah bunda di seluruh Indonesia.
Selamat menyelami dan mempraktekkan setiap menu yang kami sajikan.
Online Parenting
Instructors
Certification
Memberhsip
Membangun Hubungan dan Komunikasi yang berkualitas.
Sahabat Keluarga Al-Multazam (SALAM) adalah program pendampingan orang tua yang dirancang khusus untuk membantu Anda memahami dan mengoptimalkan peran sebagai orang tua dalam mendidik anak. Dengan pendekatan Islami dan metode modern, Al-Multazam Parenting hadir untuk membimbing keluarga agar menjadi lingkungan yang positif, penuh kasih, dan mendidik.
Melalui berbagai materi yang relevan dan praktis, kami mengajak Anda untuk ikut serta dalam membentuk karakter anak yang berakhlak mulia, cerdas, dan mandiri. Bergabunglah bersama kami dan jadilah orang tua yang siap mencetak generasi emas yang akan membanggakan keluarga, bangsa, dan agama.
Sebuah keluarga Impian adalah cita-cita bersama, dimana impian tersebut salah satunya adalah menjadi keluarga yang harmonis rukun dan saling menguatkan.
Writen By . Aba Mumtaza Kenapa keluarga kita terasa hampa dan penuh dengan kekurangan ?? Bisa jadi karena kurang bersyukur.Kenapa...
Writen By . Aba Mumtaza Anda merasa tidak didengar? Rasanya seperti berbicara dengan tembok, bukan? Pasangan atau anak kita mungkin...
Writen By : Cahyadi Takariawan Saat suami istri tersulut pertengkaran menjelang tidur malam, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran....
(Bersama Tarbiyah Mempersiapkan Tegaknya Rumah Tangga Islam)
Rumah tangga Islami bukan sekadar ikatan lahiriah, tetapi juga merupakan medan dakwah dan perjuangan membangun peradaban. Buku Keakhwatan mengupas bagaimana tarbiyah membentuk pribadi yang siap menjadi suami atau istri yang shalih dan shalihah, serta bagaimana rumah tangga bisa menjadi tempat berkembangnya nilai-nilai Islam. Dengan pendekatan tarbiyah, buku ini mengajak para pembaca untuk mempersiapkan rumah tangga yang kokoh, harmonis, dan diridhai Allah.
(Menyiapkan Diri Menuju Pernikahan Suci)
Pernikahan adalah perjalanan panjang yang memerlukan kesiapan, baik secara mental, emosional, maupun spiritual. Buku ini mengajak para calon pengantin untuk memahami hakikat pernikahan, mengenal peran dan tanggung jawab dalam rumah tangga, serta membangun pondasi cinta yang kokoh sejak sebelum ijab kabul. Dengan panduan yang komprehensif dan inspiratif, Wonderful Journey for A Marriage menjadi bekal berharga bagi mereka yang ingin menapaki jenjang pernikahan dengan kesiapan yang matang.
(Menjadi Istri Disayang Suami))
Setiap wanita tentu ingin menjadi istri yang dicintai dan dirindukan oleh suaminya. Namun, membangun hubungan harmonis dalam rumah tangga membutuhkan ilmu dan kesabaran. Buku ini mengulas bagaimana seorang istri dapat memahami karakter suami, menciptakan suasana rumah yang penuh cinta, serta menjadi pendamping yang tangguh dan inspiratif. Dengan pendekatan islami dan psikologis, Wonderful Wife menjadi bacaan wajib bagi setiap istri yang ingin meraih kebahagiaan dalam pernikahan.
(Merajut Kebersamaan Mereguk Kebahagiaan))
Menjadi suami yang dicintai dan dihormati oleh istri bukanlah perkara instan, melainkan perjalanan penuh pembelajaran. Buku ini membahas berbagai aspek penting dalam peran seorang suami, mulai dari komunikasi yang efektif, kepemimpinan dalam rumah tangga, hingga cara memahami dan memenuhi kebutuhan istri secara emosional dan spiritual. Dengan pendekatan islami dan penuh inspirasi, Wonderful Husband menjadi panduan bagi para suami untuk membangun rumah tangga harmonis yang dilandasi kasih sayang dan ketakwaan.
(Menjadi Suami Disayang Istri)
Menjadi suami yang dicintai dan dihormati oleh istri bukanlah perkara instan, melainkan perjalanan penuh pembelajaran. Buku ini membahas berbagai aspek penting dalam peran seorang suami, mulai dari komunikasi yang efektif, kepemimpinan dalam rumah tangga, hingga cara memahami dan memenuhi kebutuhan istri secara emosional dan spiritual. Dengan pendekatan islami dan penuh inspirasi, Wonderful Husband menjadi panduan bagi para suami untuk membangun rumah tangga harmonis yang dilandasi kasih sayang dan ketakwaan.
Writen By . Aba Mumtaza
Anda merasa tidak didengar? Rasanya seperti berbicara dengan tembok, bukan? Pasangan atau anak kita mungkin merasakan hal yang sama jika kita hanya mendengar tanpa memahami. Mendengarkan aktif adalah kemampuan untuk benar-benar fokus pada apa yang dikatakan orang lain, bukan sekadar menunggu giliran berbicara.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
“…berilah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang terbaik darinya.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
Ayat ini mengajarkan kita untuk mendengarkan dengan hati, bukan hanya telinga. Dalam keluarga, mendengarkan aktif melibatkan:
Bayangkan jika pasangan Anda berbicara tentang hari yang sulit, dan Anda benar-benar mendengarkan tanpa menghakimi. Itu akan membangun kepercayaan dan mengurangi konflik.
Setiap rumah tangga membutuhkan aturan, layaknya sebuah negara kecil dengan undang-undangnya. Namun, aturan itu harus adil dan dibuat dengan transparansi. Bagaimana cara kita mencapainya? Dengan melibatkan semua anggota keluarga dalam proses pembuatannya.
Allah SWT berfirman:
“…Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil…” (QS. An-Nisa: 58)
Dalam keluarga, aturan yang adil adalah aturan yang tidak berat sebelah. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas rumah tangga, waktu berkualitas bersama, atau batasan penggunaan gadget. Dengan melibatkan anak-anak dalam membuat aturan, mereka merasa dihargai dan lebih cenderung mematuhi aturan tersebut.
Langkah-langkah membentuk aturan keluarga:
Musyawarah adalah salah satu cara paling Islami untuk menyelesaikan masalah. Dalam keluarga, musyawarah berarti semua suara didengar, baik itu suara suami, istri, maupun anak-anak.
Allah SWT memerintahkan:
“…dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…” (QS. Asy-Syura: 38)
Musyawarah tidak hanya membangun solusi bersama, tetapi juga menciptakan rasa saling menghormati. Misalnya, jika ada konflik tentang keuangan keluarga, duduklah bersama dan diskusikan. Jangan jadikan musyawarah sebagai ajang untuk mendominasi, tetapi sebagai ruang untuk menemukan jalan tengah.
Tips untuk musyawarah keluarga yang efektif:
Luar biasa, Aktifitas mendengar aktif, adalah aktifitas harian dalam keluarga. Ia sederhana tetapi sangat bermakna. Jadilah pendengar aktif !! dan rasakan dampak positifnya…
Writen By : Cahyadi Takariawan
Saat suami istri tersulut pertengkaran menjelang tidur malam, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran.
Jangan bertengkar di tempat tidur. Hal itu akan merusak suasana tidur anda berdua.
Jika berangkat tidur dengan suasana hati yang dipenuhi emosi, anda tidak bisa tidur nyenyak. Ritme istirahat anda terganggu.
Buatlah suasana nyaman saat berangkat tidur malam, untuk menciptakan kualitas istirahat yang optimal.
Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan anda ekspose menjelang tidur malam. Segera fungsikan tombol pause saat itu juga.
Writen By : Cahyadi Takariawan
Pernikahan telah menyatukan bukan saja tubuh dua insan –laki-laki dan perempuan, namun pernikahan telah menyatukan dua cinta, dua cita-cita, dua hati, dua perasaan, bahkan dua jiwa yang berbeda.
Suami dan isteri berkolaborasi dalam kehidupan keluarga, dengan ikatan cinta kasih yang tulus, untuk menempuh kehidupan dalam kebersamaan. Keluarga telah meleburkan suami dan isteri dalam sebuah ikatan yang sangat kuat –tidak ada ikatan sekuat dan sehangat ikatan yang muncul dalam pernikahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan isteri harus berusaha saling memberikan yang terbaik kepada pasangan, bukan menuntut dari pasangan. Jika suami dan isteri selalu memberikan yang terbaik, maka mereka akan mendapatkan pula dari pasangannya.
Namun jika suami dan isteri lebih mendahulukan menuntut dari pasangan, maka mereka tidak akan mendapatkan. Sikap menuntut ditunaikannya hak pasangan, merupakan sebentuk pengingkaran dari konsekuensi cinta kasih.
Karena wujud aktif dari cinta adalah memberi, bukan menuntut diberi. Demikian kata Erich Fromm, The Art of Loving.
Writen By : Aba Mumtaza
Kepercayaan dalam keluarga itu seperti akar bagi sebuah pohon. Ia tak terlihat, namun menopang segalanya. Tanpanya, batang akan rapuh, daun akan layu, dan dahan-dahan akan mudah patah diterpa angin. Dalam setiap rumah tangga, kepercayaan adalah fondasi. Ia yang mengikat hati, merajut cinta, dan menjaga ketenangan. Tetapi, seperti kaca yang bening, kepercayaan bisa retak jika tidak dijaga. Sekali pecah, sulit untuk kembali utuh. Lalu, bagaimana kita membangun kepercayaan agar keluarga tetap kokoh, meski diterpa ujian hidup?
Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzab: 70)
Kejujuran adalah kunci dari setiap hubungan yang sehat. Tanpa kejujuran, rumah tangga hanya menjadi bangunan kosong tanpa makna. Seorang suami harus jujur kepada istrinya, begitu juga sebaliknya. Orang tua harus jujur kepada anak-anaknya, agar mereka belajar arti ketulusan sejak dini.
Bukankah kita sering mendengar kisah Nabi Muhammad ﷺ yang dikenal sebagai Al-Amin, Sosok yang terpercaya? Bukan karena harta, bukan karena kedudukan, tetapi karena kejujurannya. Itulah yang menjadikan beliau teladan bagi umat manusia.
Jika dalam keluarga ada dusta, perlahan kepercayaan akan terkikis. Seperti air yang menetes di atas batu, lama-kelamaan akan melubanginya. Maka, jangan biarkan kebohongan kecil tumbuh menjadi jurang pemisah di antara kita.
Kepercayaan Tumbuh dengan Konsistensi. Percayakah kita bahwa anak-anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar? Jika seorang ayah berjanji akan pulang tepat waktu, tetapi selalu ingkar, maka kepercayaan anak akan memudar. Jika seorang ibu berkata, “Ibu selalu ada untukmu,” tetapi sibuk dengan dunianya sendiri, maka anak akan merasa jauh.
Allah SWT mengingatkan kita tentang pentingnya menepati janji:
"Dan tepatilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra: 34)
Jadilah sosok yang bisa diandalkan. Jika berkata, buktikan. Jika berjanji, tepati. Kepercayaan bukan sekadar kata-kata, tetapi bukti nyata dalam setiap tindakan kita.
Tidak ada keluarga yang sempurna. Kadang ada salah paham, ada perbedaan, ada luka yang membuat hati tersentak. Tetapi, justru di situlah kepercayaan diuji. Apakah kita memilih untuk tetap percaya, atau membiarkan prasangka menguasai?
Lihatlah bagaimana Nabi Ya’qub as tetap percaya bahwa suatu hari, ia akan bertemu kembali dengan putranya, Nabi Yusuf as. Bertahun-tahun ia menunggu dalam sabar dan doa. Keyakinannya tidak goyah, meski kenyataan terlihat begitu pahit.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku…" (QS. Yusuf: 86)
Maka, dalam menghadapi ujian kepercayaan dalam keluarga, bersabarlah. Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu yang belum jelas. Jangan mudah terpengaruh oleh bisikan prasangka. Sebab, bisa jadi masalahnya bukan pada pasangan atau anak-anak kita, tetapi pada hati kita sendiri yang kurang bersabar dan kurang husnudzon (berbaik sangka).
Kepercayaan bukan sekadar soal tidak berbohong atau menepati janji. Tetapi juga soal menghadirkan rasa aman dan nyaman di hati satu sama lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya terhadap keluarganya." (HR. Tirmidzi)
Berikan kehangatan dalam keluarga. Jangan biarkan rumah kita terasa dingin, meski dindingnya berdiri megah. Jangan biarkan pasangan atau anak-anak merasa sendirian, meski kita tinggal serumah. Sentuh mereka dengan kasih sayang, karena cinta yang dirasakan akan menumbuhkan kepercayaan yang mendalam.
Oleh : Cahyadi Takariawan
“The relationship between money and family strengths is tenuous” –John Defrain, Strong Family, 2009.
Mari kita simak penuturan seorang ibu rumah tangga, Nuri (29 tahun) yang dimuat dalam majalah Kartini nomor 2084. Suaminya, sebut saja Eko namanya, adalah seorang pengusaha yang sukses.
Usahanya terus berkembang sehingga hartanya mengalir lancar. Kondisi itu tentu saja telah memberikan kebahagiaan bagi keluarga dengan dua anak tersebut, mengingat Nuri dulu berasal dari keluarga yang sederhana dengan hidup yang pas-pasan.
Awal pernikahan mereka demikian menyenangkan, karena Eko amat penyayang dan perhatian terhadap keluarga. Dengan kondisi hidup yang berkecukupan itu, Nuri memenuhi semua kebutuhan keluarganya, baik ayah, ibu, dan adik-adiknya.
Kebahagiaan Nuri semakin bertambah karena Eko mendukung untuk senantiasa membantu kesulitan ekonomi keluarga ayahnya tersebut.
Akan tetapi, kekayaan harta memang tidak selamanya membuahkan kebahagiaan. Cobaan bermula justru karena Eko semakin memiliki harta yang banyak dari usahanya. Dengan uang yang melimpah, ia merasa bisa melakukan apa saja.
Sikapnya tiba-tiba berubah dengan drastis. “Ia yang tadinya perhatian dan penyayang kepadaku dan anak-anak, kini tiba-tiba menjadi kurang peduli dan sering sekali meninggalkan kami sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya,” ungkap Nuri.
“Karena suamiku semakin sering pergi dan semakin sering tidak pulang, aku menjadi tidak percaya. Kusuruh seorang adikku mengikuti perjalanan suamiku. Ternyata temuan adikku sangat menyakitkan hati,” lanjut Nuri.
Ternyata, Eko memiliki wanita simpanan yang tidak dinikahinya. Wanita itu ”dipelihara” Eko tentu saja tanpa sepengetahuan Nuri, dan ditempatkan di sebuah kota tempatnya mengembangkan bisnis. Bukan itu saja, ternyata Eko juga hobi berselingkuh dengan perempuan panggilan.
Ketika hal itu ditanyakan secara langsung untuk klarifikasi, justru Eko marah besar. Eko mulai mengungkit-ungkit jasanya selama ini. “Kenapa adikmu harus ikut campur dan berpihak kepadamu? Apa dia lupa, siapa yang membiayainya selama ini?” begitu ungkit Eko.
“Kita ini suami istri, sebuah keluarga dan memiliki anak-anak. Papa tidak pantas bersikap demikian,” kata Nuri.
“Apa yang tidak pantas? Aku laki-laki dan aku punya uang untuk berbuat semauku,” jawab Eko.
Kisah di atas menandakan sikap hidup yang tidak positif ketika mendapatkan banyak kekayaan. Harta yang melimpah, tanpa landasan iman yang kuat, justru membuahkan petaka. Ia merasa bisa melakukan apa pun untuk kesenangan dirinya dengan harta yang melimpah tersebut.
Semua keinginan syahwatnya diperturutkan, selain memang ada pengaruh dari lingkungan kerja. Dampaknya negatif bagi diri dan keluarganya. Konflik mulai mendera kehidupan keluarga mereka, justru setelah mereka bergelimang dengan harta.
Dengan arogansi lantaran merasa menguasai harta, Eko justru bersikap menyakiti istrinya, “Aku laki-laki dan aku punya uang untuk berbuat semauku.”
Pada titik ini, Nuri pasti akan lebih memilih ”Eko yang dulu”, Eko yang tekun dan bekerja keras untuk mengembangkan usahanya. Uangnya tidak terlalu banyak waktu itu, namun justru keluarga mereka sangat bahagia. Eko menjadi suami yang sangat perhatian dengan isteri dan anak-anaknya.
Namun kondisi itu hilang bahkan berbalik seratus delapan puluh derajat setelah usaha Eko semakin sukses dan semakin banyak mendatangkan keuntungan.
(Bersama Tarbiyah Mempersiapkan Tegaknya Rumah Tangga Islam) Rumah tangga Islami bukan sekadar ikatan lahiriah, tetapi juga merupakan medan dakwah dan...
(Menyiapkan Diri Menuju Pernikahan Suci) Pernikahan adalah perjalanan panjang yang memerlukan kesiapan, baik secara mental, emosional, maupun spiritual. Buku ini...
(Menjadi Istri Disayang Suami)) Setiap wanita tentu ingin menjadi istri yang dicintai dan dirindukan oleh suaminya. Namun, membangun hubungan harmonis...
Kursus ini dirancang untuk membantu keluarga membangun hubungan yang harmonis dan penuh cinta. Melalui kursus ini, peserta akan belajar cara mengelola konflik, membangun komunikasi yang efektif, dan menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kesejahteraan emosional setiap anggota keluarga
Kursus ini mengajarkan metode pendidikan yang tegas namun tidak keras, di mana kedisiplinan diterapkan tanpa menggunakan kekerasan. Peserta akan memahami pentingnya aturan yang jelas, konsistensi, dan cara mengarahkan anak tanpa intimidasi.
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi kami , mampu mebimbing dan membina banyak keluarga dalam mewujudkan impian-impian mereka.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Curabitur laoreet cursus volutpat. Aliquam sit amet ligula et justo tincidunt laoreet non vitae lorem. Aliquam porttitor tellus enim, eget commodo augue porta ut. Maecenas lobortis ligula vel tellus sagittis ullamcorperv vestibulum pellentesque cursutu.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Curabitur laoreet cursus volutpat. Aliquam sit amet ligula et justo tincidunt laoreet non vitae lorem. Aliquam porttitor tellus enim, eget commodo augue porta ut. Maecenas lobortis ligula vel tellus sagittis ullamcorperv vestibulum pellentesque cursutu.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Curabitur laoreet cursus volutpat. Aliquam sit amet ligula et justo tincidunt laoreet non vitae lorem. Aliquam porttitor tellus enim, eget commodo augue porta ut. Maecenas lobortis ligula vel tellus sagittis ullamcorperv vestibulum pellentesque cursutu.
Instruktur professional merupakan salah satu kunci penting dalam pemandu bimbingan keluarga bahagia. Kita dengan bangga menjadikan Ustadz Cahyadi Takariawan sebagai Instruktur utama dalam Parenting ini.
Berjuang dan membimbing dalam dalam mewujudkan keluarga impian
Writen By . Aba Mumtaza Kenapa keluarga kita terasa hampa dan penuh dengan kekurangan ?? Bisa jadi karena kurang bersyukur.Kenapa...
Writen By . Aba Mumtaza Anda merasa tidak didengar? Rasanya seperti berbicara dengan tembok, bukan? Pasangan atau anak kita mungkin...
Writen By : Cahyadi Takariawan Saat suami istri tersulut pertengkaran menjelang tidur malam, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran....