shahabatkeluarga

KESETIAAN DALAM UJIAN

Oleh : Aba Mumtaza
Ketenangan bukan dari hilangnya masalah, tapi dari dekatnya hati kepada Allah.

Ketika hidup datang dengan ujian, banyak dari kita yang merasa goyah. Terkadang, ujian yang kita hadapi begitu berat sehingga membuat kita meragukan jalan yang sedang kita tempuh. Apakah kesetiaan kita terhadap jalan yang benar harus goyah hanya karena ujian datang menghampiri?

Cobalah kita renungkan sejenak, apakah Allah Ta’ala tidak tahu betapa beratnya ujian yang kita alami? Tentu, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan apa yang belum kita sadari. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu ujian sebagaimana halnya orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa kemiskinan dan penderitaan yang sangat, dan digoncang (dengan berbagai cobaan) sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: ‘Kapankah pertolongan Allah datang?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”(QS. Al-Baqarah: 214)

Ujian adalah bagian dari perjalanan hidup. Tidak ada yang mudah dalam hidup ini dan setiap orang yang beriman pasti akan diuji. Apakah kita akan tetap setia pada jalan yang benar di tengah ujian tersebut? Apakah kita akan tetap berpegang pada janji Allah untuk memberikan pertolongan, ataukah kita akan tergoda untuk menyerah?

Kesetiaan bukanlah tentang sejauh mana kita mampu bertahan tanpa tergoyahkan, tetapi lebih kepada bagaimana kita tetap teguh pada keyakinan kita bahwa di balik setiap ujian, ada pelajaran yang berharga, ada kebahagiaan yang menanti di akhir perjuangan. Kesetiaan sejati adalah ketika kita terus berusaha untuk mengikuti jalan yang telah Allah tetapkan, meskipun dunia seakan berusaha menggoyahkan langkah kita.

Dalam Al-Qur’an, kita diajarkan tentang kisah para nabi dan orang-orang yang setia dalam ujian. Seperti Nabi Ibrahim yang tetap setia pada perintah Allah meskipun harus mengorbankan putranya yang sangat dicintainya. Atau Nabi Ayub yang tetap sabar dan setia kepada Allah meskipun ditimpa penyakit yang sangat parah. Dari mereka, kita belajar bahwa ujian yang datang tidak mengurangi kedekatan kita dengan Allah, malah bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri pada-Nya.

Kesetiaan dalam ujian adalah tentang konsistensi dalam keimanan, sabar dalam menghadapi cobaan, dan tawakkal (berserah diri) kepada Allah. Ketika kita setia, kita menunjukkan kepercayaan penuh kepada Allah, bahwa segala yang terjadi pasti ada hikmahnya, dan Allah tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Bahkan, ujian itu bisa menjadi jalan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

Kita sering merasa kesulitan untuk tetap setia ketika ujian datang bertubi-tubi. Tapi ingatlah bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk membuktikan kesetiaan kita kepada Allah. Dalam setiap kesulitan, ada potensi untuk kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih sabar, dan lebih dekat dengan-Nya.

Allah berjanji dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)

Kesulitan yang kita rasakan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kemudahan yang Allah siapkan. Ujian adalah bagian dari proses pendewasaan kita, dan melalui kesulitan tersebut, kita bisa menemukan kekuatan yang tidak kita duga sebelumnya. Mari kita jadikan setiap ujian yang dialami keluarga kita menjadi bagian dari momentum menguatkan kembali hubungan kita kepada Allah SWT. Karena itu hikmah dari setiap ujian yang kita alami !! Berjuang, berkorban dan kembalilah…